Bandung, Uninus.ac.id - Universitas Islam Nusantara (Uninus) menggelar halal bihalal dengan Otto atau PT. Indoartha…

Rektor Uninus Bandung Optimis NU di Abad Kedua Lebih Maju
Bandung, Uninus.ac.id
Rektor Universitas Islam Nusantara (Uninus) Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S.I.P., M.Si. mengaku optimis bahwa Nahdlatul Ulama (NU) yang saat ini memasuki abad kedua akan tampil lebih maju dalam panggung sejarah Indonesia dan dunia.
Modal dasar NU, kata guru besar yang akrab disapa Prof. Obi ini, selalu menekankan karakter tasamuh (toleransi), tawassuth (jalan tengah), tawazun (seimbang), i’tidal (tegak lurus), dan amar ma’ruf nahi munkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran) kepada pengurus dan anggotanya; sementara karakter tersebut sangat penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara dan kehidupan dalam kancah internasional.
“Dan menjaga wirid, dan itu hanya di NU. Itu penting itu. NU memberi pelajaran kepada kita, sehebat apa pun kita, ketika sedang wirid seseungguhnya kita sedang menghambakan diri kepada Allah,” katanya selepas memimpin upacara peringatan 1 abad NU di lapangan Segitiga Uninus, Jalan Soekarno Hatta No 530, Kota Bandung, Selasa (7/2/2022).
Ia juga optimis, memasuki abad kedua, Nahdlatul Ulama akan lebih banyak karyanya dan fungsinya, tidak hanya untuk bangsa Indonesia, tapi juga dunia. Pasalnya, karakter yang dikembangkan NU bersifat universal, melintasi batas-batas negara.
Prof. Obi menambahkan, dengan mengembangkan karakter semacam itu, salah satu sepak terjang yang ditunjukkan NU dalam panggung sejarah Indonesia, berperan seperti embun, bandul penengah, dan mediator.
“NU itu seperti embun. Berada di daun, tapi tak pernah merusak. Walaupun jatuh ke tanah, tidak menimbulkan banjir. Tapi ketika dibutuhkan negara, muncul NU menjadi penyeimbang dan kemudian membuktikan bahwa NKRI bisa bertahan justru karena gerakan-gerakan dari alim ulama di NU.”
Sebagai bandul penengah, menurut Prof. Obi, para pemimpinnya menempatkan NU tidak berpolitik secara praktis, tapi berdiri di antara semua kekuatan. Sementara sebagai mediator, NU sering berperan memediasi pihak-pihak yang berkonflik.
Tidak hanya di dalam negeri, menurut Prof. Obi, NU juga berperan pada kancah internasional. Dari waktu ke waktu, pimpinan NU selalu melakukannya. Yang terbaru misalnya, pada akhir tahun lalu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mempertemuka para pemimpin agama se-dunia di Bali pada 2 – 3 November 2022. Mereka akan berkumpul dalam Forum Religion Twenty (R20) yang merupakan rangkaian dari kegiatan menyambut satu abad NU.
Selain modal tersebut, menurut Prof. Obi, kepemimpinan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau yang sering disapa Gus Yahya juga menjadi faktor penting dalam menapaki awal abad kedua ini.
“Saya melihat visi misi ketua umum sekarang, Gus Yahya, itu luar biasa. Ia menampilkan sosok seorang negarawan yang berdiri di semua golongan dan berusaha untuk berada di tengah. Itu hebat itu. Jarang pemimpin yang begitu, biasanya suka kebawa arus. Beliau memposisikan diri menjadikan NU sebagai bandul penengah dari semua kekuatan,” jelasnya.
Prof. Obi kemudian mengingatkan agar para anak muda NU terus mempersiapkan diri untuk melanjutkan pergerakan para pemimpin NU di masa yang akan datang.
“Kita berterima kasih kepada NU karena telah mendidik orang-orang yang secara sadar mendidik orang-orang di segala macam bidang,” pungkasnya.
This Post Has 0 Comments